Minggu, 02 Desember 2018


Lima belas menit yang lalu, gue baru turun dari go car. Perjalanan singkat bersama keluarga dari mall daan mogot pulang kerumah, selama di mobil mas-mas driver sempat membuka obrolan tentang aksi tadi siang. Sudah terlihat beliau dari kubu mana, dan mendengar ucapan mas tsb menjelek-jelekkan acara reuni 212 gue lebih memilih diam, dan menghindari perdebatan panas, karena sudah malem dan membawa keluarga. Tapi biarkanlah gue cerita tentang hari ini, hari dimana air mata gue tumpah karena melihat berjuta-juta orang datang ke monas untuk agama Nya dan untuk kalimat tauhid Nya.

***
Alhamdulillah, kemarin tanggal 1 Desember, gue menghadiri salah satu syuro yang diagendakan di Perpusnas Jakarta, dan lokasinya bersebrangan dengan Monas, waktu itu di group whatsaap, ada salah satu teman gue yang mengabadikan foto monas dari ketinggian di hari sabtu, dan foto tersebut gue repost dan gue jadikan status whatsapp dengan caption "insyaAllah besok kita putihkan monas ya"

212
Bagi gue tanggal ini ialah tanggal yang istimewa, persatuan ummat muslim seluruh Indonesia akan kita lihat di tanggal ini, dan benar saja. Hari ini, ketika gue memutuskan untuk hadir ke acara reuni 212, ketika berangkat dari Cengkareng sepanjang perjalanan sudah gue lihat belasan motor memakai baju koko putih sambil membawa bendera kalimat tauhid, batin gue pasti mereka mau ke monas. Tidak hanya motor, mobil-mobil pun banyak ditempeli kertas bertuliskan rombongan jamaah A-B-C dan D, transjakarta, KRL juga mayoritas semuanya berisi ummat muslim yang ingin ke monas.

Kebetulan gue berangkat tidak dari shubuh, lebih siang karena suatu hal. Jam 7.30 baru jalan motoran dengan kak Icha, Rina, dan uni temannya Rina. Sengaja gue naik motor dibanding naik angkutan umum atau mobil, karena berkaca pada tahun lalu. Kalau naik angkutan umum, cukup sulit ketika pulang.

Sesampai di Harmoni, ternyata motor sudah tidak bisa bergerak lagi, dan kami dipaksa untuk parkir disana, dan berjalan ke Monas. Itupun jalan utama akses ke Monas dari Harmoni ditutup, sehingga kami harus memutar sedikit untuk sampai sana. Tapi ketika berangkat, semangat kami 100%, melihat saudara seiman beramai-ramai berjalan kaki bersama-sama itu masyaAllah sekali, seperti mencharge energi kalau ingin menyerah, karena gue seringkali tanya ke kak icha "kak? monas nya mana ya? koo gak keliatan-keliatan?". hehe

Ketika di perjalanan menuju monas dengan berjalan kaki bersama orang-orang, gue melihat jejeran bus-bus yang parkir dan bisa dibilang itu ialah bus-bus rombongan yang mungkin sudah dari beberapa jam yang lalu sudah hadir, dan bisa jadi ada yang dari luar kota juga (masyaAllah).

Waktu monas sudah bisa terlihat, gue langsung bilang ke kak icha "kak, ini kita jalan aja udah lumayan susah, padet kak, monas nya juga udah over load, kita di pinggir-pinggir aja ya" lalu ka icha memutuskan untuk tetap jalan, karena kondisinya beneraaan padet sepadet-padatnya, entah siapa yang bisa mengabsen manusia sebanyak ini, kalau kata pak keamanan jemaah aksi hanya 40 ribu jiwa saja, rasanya kok sulit dipercaya ya.

Berjalan kaki bersama jamaah-jamaah memakai putih-hitam, topi tauhid, membawa bendera tauhid membuat saya yakin, ummat islam itu satu dan tidak mudah di pecah belah. Apalagi jamaah yang hadir juga bukan dari Jabodetabek aja, melainkan dari seluruh Indonesia. Bahkan juga ada santri yang jalan kaki dari jawa barat (masyaAllah)..

Gue meyakini betul yang Allah hadirkan ke reuni 212 ini memang orang-orang yang Allah pilih, hanya panggilan Allah lah yang membuat banyaknya ummat muslim hadir ke Monas tadi, bukan politik, apalagi uang. Samasekali bukan !

Allahu Akbar
Terus salah satu moment spesial dan haru juga ialah (Anak-anak dan Lansia) dengan kondisi monas yang jalan itu cukup sulit, melihat anak-anak semangat ikut abi dan ummi nya berjalan gue cukup salut dan bangga, apalagi kalo melihat mereka tidur di stroller (yaAllah padahal panas, tapi Allah yang menutupi panas nya dan membuat mereka tetap nyenyak tidur di Stroller dengan kondisi yang padat tadi). Melihat para kakek dan nenek yang di dorong dari kursi roda juga masyaAllah banget, bikin perasaan haru luar biasa. Apalagi coba yang menggerakkan hati orang-orang ini selain iman?


BarakAllah nak.

Gema takbir terus terngiang di langit-langit, rasa panas sudah tidak kita pedulikan lagi, yang membuat kita berdiri disini karena kita muslim, dan reuni 212 mengajarkan gue kalau apapun golongan ummat islam, kita bisa bersatu kok. Tanpa harus saling sikut satu sama lain, karena Islam adalah rahmatan lil alamin. Kalau orang lain sibuk mencerca kalau acara ini ialah acara politik, Allahu Akbar karena mereka tidak ikut hadir dan tidak melihat, tidak sama sekali ada yang kampanye di acara ini. Semua orang berdzikir, bersholawat, berdoa, bertakbir, bukan mendengar rayuan politik. 

Kita hadir kesini karena iman, bukan karena uang.

---212 documentation by my redmi note 5 :

See, rumput-rumputnya tidak ada yang diinjak-injak,

Islam Harga Mati
Kami ingin hidup dan mati dengan naungan laailahailallah
Jazakillah khair my squad, sudah menjadi saksi perjalanan reuni 212 hari ini. Semoga tidak mengenal lelah, karena kita kan lillah. Semoga bisa ikut lagi di tahun0tahun berikutnya ya

4 komentar:

  1. Gw nangis bacanya.. Semoga masih bisa terus melihat sejarah umat Islam seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa yuk, masyaAllah banget deh lihat ummat muslim di reuni 212. Beneran nyata semangat islam yang membara dari hati2 ummat

      Hapus
  2. Tiap taun cuma bisa ngelap air mata sambil mantengin gambar2 di hape... Next, semoga Allah kasih kesempatan untuk jadi bagian.


    "Kenapa Allah masih lindungin suatu negeri, padahal kemaksiatan udah merajalela di tiap sudutnya? Jawabnya: Karena masih ad org2 beriman di dalamnya; Yang airmatanya jatuh memohonkan ampun; Yang tak henti memuja dan memuji kekuasaan-Nya..."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga next year bisa Allah kasih kesempatan untuk berada di reuni 212 yaa mbak

      Hapus

Ade Sofiarani . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates