JERNIHKAH HATI GUE?
Ketika gue nggak suka sama seseorang, seharusnya gue sadar,
gue harus tetap baik sama orang itu, tapi entah kenapa gue gabisa, gue takut,
dan akhirnya gue memilih untuk menghindar, tanpa komunikasi, tanpa tatap wajah,
dan tanpa yang lainnya.
Gue tahu, benci itu tidak baik, amat tidak baik, karena yang
capek bukan orang yang gue benci, tapi yang capek adalah gue sendiri, dan yang
salah belum tentu orang yang gue benci, bisa aja gue sendiri.
Karena orang itu belum tentu peduli dengan gue, belum tentu
memikirkan gue, dan gue bakalan capek sendiri karena mengeluarkan energy yang
harusnya jadi energy positif menjadi energy negatif, letih..
Tapi gue sadar, gue makhluk social, gue manusia biasa, bukan
bidadari yang berhati suci, hati gue masih banyak noda nya, ya salah satu nya
kebencian ini.
Gue juga sadar, kalo kebencian ini harus dihapus dari hati
gue, karena hati gue sesungguhnya tak mau ternodai, hati gue selalu baik dan
putih, tapi gue nya aja yang suka nyoret-nyoret hati gue ini, entah kenapa
harusnya coretan itu coretan yang baik bukan yang buruk.
Dan konyolnya, kadang ketika gue sadar gue salah, gue masih
aja tetep ada di lingkaran yang penuh api, dan berusaha buat gak keluar dari
lingkaran yang bisa bakar gue. Bodoh yah?
Untuk itu, bagaimana membuat hati gue bisa keluar dari api
yang bisa membakar itu ialah pemahaman yang jernih, karena pemahaman yang
jernih ibarat air yang memadamkan api yang berkorban. Hati gue harus bisa
jernih dari warna-warna coretan negative dan mengubahnya dengan
kebaikan-kebaikan yang positif.